Ada sebuah kisah nyata dari seorang yang berkecimpung dalam dunia Non Formal. Pada waktu itu dia hendak memonitor kegiatan kejar paket C disalah satu daerah sebut saja ia dengan Pak A.
“lho ini mana siswa-siswanya”. Kata Pak A kepada pembimbing kejar paket C.
“ya biasa Pak, namanya juga Non Formal ya seperti ini, sekepenake dewek”. Jawab pembimbing.
“ya bukan begitu, Non Formal adalah bentuk programnya namun bukan berarti bisa molor waktu seperti ini, meskipun Non Formal akan tetapi kedisiplinan dan ketaatan harus seperti halnya pada Formal”. Balas Pak A sembari menerangkan.
Dari sebuah kisah nyata ini dapat terlihat jelas akan adanya paradigma yang melekat pada dunia Non Formal bahwa orang-orang Non Formal masih identik dengan karakter yang seperti itu. Penempatan atau pemosisian diri dari seorang Non Formal kurang pada tempatnya. Masalah ini terlihat jelas dari adanya kedisiplinan yang rendah, kurangnya pemosisian dalam waktu misalkan mengenai penampilan berbusana dalam acara Formal dan juga masih banyak hal-hal lain yang menggambarkan kerancuan arti non formal yang diartikan masyarakat.
Masyarakat bahkan pemain utama dalam pendidikan non formal sering menjadikan “non formal” sebagai tameng bahwa semua hal yang berkaitan dengan non formal ya begitu adanya, tak ada kata formal dalam kamus pendidikan non formal padahal untuk kegiatan non formal sendiri perlu adanya kedisiplinan, budaya saling menghormati sehingga pembelajaran yang diharapkan mampu berjalan dengan baik karena pendidikan non formal pun memiliki tujuan yang jelas sama halnya dengan pendidikan formal yakni mendidik warga belajar menjadi pribadi yang mandiri, mengerti akan budaya, dan sebagainya. (Fatchan)
Dari sebuah kisah nyata ini dapat terlihat jelas akan adanya paradigma yang melekat pada dunia Non Formal bahwa orang-orang Non Formal masih identik dengan karakter yang seperti itu. Penempatan atau pemosisian diri dari seorang Non Formal kurang pada tempatnya. Masalah ini terlihat jelas dari adanya kedisiplinan yang rendah, kurangnya pemosisian dalam waktu misalkan mengenai penampilan berbusana dalam acara Formal dan juga masih banyak hal-hal lain yang menggambarkan kerancuan arti non formal yang diartikan masyarakat.
Masyarakat bahkan pemain utama dalam pendidikan non formal sering menjadikan “non formal” sebagai tameng bahwa semua hal yang berkaitan dengan non formal ya begitu adanya, tak ada kata formal dalam kamus pendidikan non formal padahal untuk kegiatan non formal sendiri perlu adanya kedisiplinan, budaya saling menghormati sehingga pembelajaran yang diharapkan mampu berjalan dengan baik karena pendidikan non formal pun memiliki tujuan yang jelas sama halnya dengan pendidikan formal yakni mendidik warga belajar menjadi pribadi yang mandiri, mengerti akan budaya, dan sebagainya. (Fatchan)
jangan non formal aj, buat yang formal juga ga selamanya semua hal itu harus formal. non formal jauh lebih menyenangkan :D
BalasHapusmaksud e pie kui?
BalasHapusbingung aq,..